HASBULLAH
Saya dilahirkan pada minggu malam tepatnya 12 agustus 1985 di Tamanggong Malaysia, lahir dari pasangan Pannaco dan Fatimah yang berasal dari desa Pusung’E dan desa Cenrana Kec. Cenrana Kab. Bone Prov. Sulawesi Selatan Indonesia. Lahir di negeri orang karena orang tua merantau di Malaysia. Pada saat umur 1 – 5 tahun tinggal di daerah perkebunan kelapa sawit milik pemerintahan Malaysia. Umur 5 – 6 tahun masuk bangku sekolah dasar di Tamanggong, selama dua tahun bersekolah saya banyak mendapat pengetahuan. Pada tahun 1990 saya sekeluarga kembali ke Indonesia, inilah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di negeri ini. Sesampai di Indonesia saya langsung disambut oleh keluarga yang asing bagi saya. Hal yang paling menjengkelkan bagi saya adalah bahasa yang tidak nyambung, kerena itu pulalah saya tidak langsung di sekolahkan pada tahun pertama saya di Indonesia. Pada tahun 1991 saya masuk bangku sekolah dasar tepatnya SD/INP 12/79 Labotto Desa Labotto Kec. Cenrana. Inilah pertama kalinya saya tidak tinggal sama orang tua, karena saya dititipkan di rumah sepupu sebab di tempat orang tua saya sekolah letaknya sangat jauh dan berapa kali nyebrang sungai, maklum daerah empang. Dan kelas 1 sampai kelas 2 banyak pengalaman yang saya dapatkan, dari memelihara ternak, ikut menanam padi dan jagung, dan banyak hal baru buat saya. Sekali sebulan orang tua menjenguk saya, banyak teman saya meminta untuk menyanyikan lagu Malaysia, kata mereka karena pernah tinggal di Malaysia ya pintar nyanyi. Sampai kelas 4 kehidupan keluarga saya bisa dibilang serba berkecukupan, naik kelas 5 SD saya pindah di tempat nenek, karena nenek tinggal sendiri dan usaha bapak lagi bangkrut sehingga kami mesti hidup ala kadarnya. Dari sinilah saya paham arti kehidupan yang dikatakan oleh bapak, kehidupan ini bagaikan roda berputar kadang di atas, kadang di bawah. Dan dari sinilah saya mulai merasakan penderitaan, mulai dari keuangan dan pergaulan bahkan saya harus berjalan kaki 2 km pergi ke sekolah karena sepeda terpaksa saya jual. Bahkan, saya sempat mencari uang dengan membantu orang menanam padi. Pada saat itulah saya menerima gaji dari hasil kerja sendiri, tapi hal ini pulalah menyebabkan saya dipukul pertama kalinya sama bapak sambil mengatakan bahwa Bapak masih kuat dan mampu membiayai kamu. Saya menangis mendengar hal itu. Dari situlah saya bertekad tidak akan menyusahkan bapak dengan cara giat belajar dan Alhamdulillah saya lulus Madrasah Ibtidaiah Negeri 1 tahun lebih cepat dibanding SD. Pada tahun 1997, saya lulus SD dengan menyandang peringkat pertama. Hasil empang dan usaha bapak bangkit lagi. Saya melanjutkan sekolah di SLTPN 4 Watampone dan tinggal di rumah teman bapak di JL. DI. Panjaitan kurang lebih 150 meter dari sekolah, tidak cukup 1 tahun tinggal di sana, saya pindah di rumah teman bapak yang lain karena rumah yang pertama keluarganya sangat perhitungan. Selama SLTP saya selalu berusaha masuk 4 besar di kelas, Alhamdulillah hal ini tercapai dan puncaknya pada tahun 2000 pada saat pengumuman kelulusan saya dipanggil naik ke panggung sebagai siswa teladan dan peringkat 2 besar kelulusan di sekolah. Saya melanjutkan sekolah di SMUN 1 Watampone, di sekolah inilah saya mendapat sahabat yang bernama Syamsu Alam dan Samsuar yang selalu berbagi dengan saya, mengerti keadaan saya, bahkan Samsuar selalu menjemput saya pergi ke sekolah. Pada bulan Februari tahun 2001, bapak mendapat rejeki dan saya dibelikan motor. Saya bersyukur kepada Allah SWT, akhirnya saya tidak jalan kaki lagi pergi ke sekolah yang jaraknya lumayan jauh. Tidak cukup 3 bulan saya memilki motor, keluarga saya selalu diteror oleh saudara-saudara bapak yang iri atas keberhasilan bapak, bahkan kami sekeluarga mau diusir. Saat itu pula saya oleh orang tua sahabat saya Samsuar karena orang tua Samsuar saya dipanggil sekolah di Makassar. Ketika hal itu saya utarakan kepada orang tua saya, mereka memberikan 2 pilihan, mau ke makassar tetapi motor di jual atau tetap tinggal di Watampone. Tapi saya bercita-cita SD di Kecamatan, SLTP di Kabupaten dan SMU di Provinsi. Inilah kesempatan saya naik di kota besar, akhirnya saya ke Makassar dan masuk di SMUN 5 Makassar. Pertama-tama penyesalan datang dalam hidup saya, karena segala sesuatunya serba mahal dan ribet. Tapi apalah artinya menyesal, saya jalani sampai akhirnya naik kelas 3 IPA. Inilah rumah ke-5 yang saya tinggali, menempuh pendidikan dan tidak tinggal dengan orang tua, saya banyak belajar dari keluarga Samsuar, mereka banyak membantu saya dan memberi banyak pengalaman bagi saya. Saya kadang-kadang pinjam uang karena kiriman belum datang, maklum keluarga saya lagi kesusahan akibat teror keluarga bapak saya. Pada tahun 2003 saya tamat SMU dan mendaftarkan SPMB di Unhas dengan memilih FKU, Akuntansi dan Elektro. Saya dinyatakan lulus di Akuntansi, tapi Tuhan memilki rencana lain, saya jatuh sakit selama 6 bulan. Disinilah penderitaan keluarga saya bertambah, karena tidak ada uang saya dirawat di rumah dengan obat tradisional, setelah sembuh saya membantu orang tua di empang. Kemudian, saya ikut SPMB dan Alhamdulillah saya lulus di Statistika jurusan Matematika FMIPA Unhas. 5 bulan pertama saya kuliah, kami sekeluarga dilanda musibah. Empang tidak berhasil, yang jadi korban adlah adik saya, dia terpaksa tidak melanjutkan sekolahnya. Awalnya saya berencana juga berhenti kuliah, bayangkan demi menghemat uang atau kadang tidak ada uang, saya jalan kaki pergi ke kampus dari BTP sampai Unhas dan sering tidak makan siang di kampus. Di sinilah saya bertemu dengan Nurbaety Basmar yang selalu membantu saya. Saya tidak tahu sudah berapa kali saya diberi uang untuk ongkos pulang dan dibayarkan pada saat makan siang di kampus. Mendengar saya berencana berhenti kuliah, banyak teman-teman yang prihatin atas apa yang menimpa saya. Dan disinilah saya ditawarkan beasiswa oleh ketua Himatika, K’ Lukman Bahri. Dan Alhamdulillah saya dapat beasiswa BBM, dan dari sinilah saya berjanji untuk aktif di organisasi, dan akhirnya saya bisa lanjut kuliah di tahun 2006. usaha orang tua saya sudah berhasil lagi sehingga kami dapat hidup seperti dulu, tapi teror-teror yang dilakukan oleh saudara-saudara bapak tidak berhenti an sampai pada puncak kesabaran orang tua saya. Akhirnya bapak menjual empangnya tepatnya bulan Februari 2007, mengingatkna saya pada saat dibelikan motor. Pada bulan Maret 2007, bapak pindah ke Sulawesi Tengah atas ajakan sepupu saya yang tinggal di Bunta, Sulawesi Tengah. Di Sul-Teng ternyata tidak seaman yang dibayangkan oleh bapak. Baru 4 bulan tinggal, sepupu saya mau merampas semua uang bapak dengan teror-teror mereka. Ibu menangis mendengar cerita bapak dan akhirnya menyusul bapak ke Sul-Teng. Tidak cukup sebulan, bapak sakit, pada bulan Agustus saya pergi menjenguk bapak. Inilah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Sul-Teng. Lumayan capek karena perjalanan selama 2 hari 2 malam. Sekarang saya sudah semester 8!!! Doakan saya cepat sarjana..................!!!!!!!!!!!!!!!!!
Saya dilahirkan pada minggu malam tepatnya 12 agustus 1985 di Tamanggong Malaysia, lahir dari pasangan Pannaco dan Fatimah yang berasal dari desa Pusung’E dan desa Cenrana Kec. Cenrana Kab. Bone Prov. Sulawesi Selatan Indonesia. Lahir di negeri orang karena orang tua merantau di Malaysia. Pada saat umur 1 – 5 tahun tinggal di daerah perkebunan kelapa sawit milik pemerintahan Malaysia. Umur 5 – 6 tahun masuk bangku sekolah dasar di Tamanggong, selama dua tahun bersekolah saya banyak mendapat pengetahuan. Pada tahun 1990 saya sekeluarga kembali ke Indonesia, inilah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di negeri ini. Sesampai di Indonesia saya langsung disambut oleh keluarga yang asing bagi saya. Hal yang paling menjengkelkan bagi saya adalah bahasa yang tidak nyambung, kerena itu pulalah saya tidak langsung di sekolahkan pada tahun pertama saya di Indonesia. Pada tahun 1991 saya masuk bangku sekolah dasar tepatnya SD/INP 12/79 Labotto Desa Labotto Kec. Cenrana. Inilah pertama kalinya saya tidak tinggal sama orang tua, karena saya dititipkan di rumah sepupu sebab di tempat orang tua saya sekolah letaknya sangat jauh dan berapa kali nyebrang sungai, maklum daerah empang. Dan kelas 1 sampai kelas 2 banyak pengalaman yang saya dapatkan, dari memelihara ternak, ikut menanam padi dan jagung, dan banyak hal baru buat saya. Sekali sebulan orang tua menjenguk saya, banyak teman saya meminta untuk menyanyikan lagu Malaysia, kata mereka karena pernah tinggal di Malaysia ya pintar nyanyi. Sampai kelas 4 kehidupan keluarga saya bisa dibilang serba berkecukupan, naik kelas 5 SD saya pindah di tempat nenek, karena nenek tinggal sendiri dan usaha bapak lagi bangkrut sehingga kami mesti hidup ala kadarnya. Dari sinilah saya paham arti kehidupan yang dikatakan oleh bapak, kehidupan ini bagaikan roda berputar kadang di atas, kadang di bawah. Dan dari sinilah saya mulai merasakan penderitaan, mulai dari keuangan dan pergaulan bahkan saya harus berjalan kaki 2 km pergi ke sekolah karena sepeda terpaksa saya jual. Bahkan, saya sempat mencari uang dengan membantu orang menanam padi. Pada saat itulah saya menerima gaji dari hasil kerja sendiri, tapi hal ini pulalah menyebabkan saya dipukul pertama kalinya sama bapak sambil mengatakan bahwa Bapak masih kuat dan mampu membiayai kamu. Saya menangis mendengar hal itu. Dari situlah saya bertekad tidak akan menyusahkan bapak dengan cara giat belajar dan Alhamdulillah saya lulus Madrasah Ibtidaiah Negeri 1 tahun lebih cepat dibanding SD. Pada tahun 1997, saya lulus SD dengan menyandang peringkat pertama. Hasil empang dan usaha bapak bangkit lagi. Saya melanjutkan sekolah di SLTPN 4 Watampone dan tinggal di rumah teman bapak di JL. DI. Panjaitan kurang lebih 150 meter dari sekolah, tidak cukup 1 tahun tinggal di sana, saya pindah di rumah teman bapak yang lain karena rumah yang pertama keluarganya sangat perhitungan. Selama SLTP saya selalu berusaha masuk 4 besar di kelas, Alhamdulillah hal ini tercapai dan puncaknya pada tahun 2000 pada saat pengumuman kelulusan saya dipanggil naik ke panggung sebagai siswa teladan dan peringkat 2 besar kelulusan di sekolah. Saya melanjutkan sekolah di SMUN 1 Watampone, di sekolah inilah saya mendapat sahabat yang bernama Syamsu Alam dan Samsuar yang selalu berbagi dengan saya, mengerti keadaan saya, bahkan Samsuar selalu menjemput saya pergi ke sekolah. Pada bulan Februari tahun 2001, bapak mendapat rejeki dan saya dibelikan motor. Saya bersyukur kepada Allah SWT, akhirnya saya tidak jalan kaki lagi pergi ke sekolah yang jaraknya lumayan jauh. Tidak cukup 3 bulan saya memilki motor, keluarga saya selalu diteror oleh saudara-saudara bapak yang iri atas keberhasilan bapak, bahkan kami sekeluarga mau diusir. Saat itu pula saya oleh orang tua sahabat saya Samsuar karena orang tua Samsuar saya dipanggil sekolah di Makassar. Ketika hal itu saya utarakan kepada orang tua saya, mereka memberikan 2 pilihan, mau ke makassar tetapi motor di jual atau tetap tinggal di Watampone. Tapi saya bercita-cita SD di Kecamatan, SLTP di Kabupaten dan SMU di Provinsi. Inilah kesempatan saya naik di kota besar, akhirnya saya ke Makassar dan masuk di SMUN 5 Makassar. Pertama-tama penyesalan datang dalam hidup saya, karena segala sesuatunya serba mahal dan ribet. Tapi apalah artinya menyesal, saya jalani sampai akhirnya naik kelas 3 IPA. Inilah rumah ke-5 yang saya tinggali, menempuh pendidikan dan tidak tinggal dengan orang tua, saya banyak belajar dari keluarga Samsuar, mereka banyak membantu saya dan memberi banyak pengalaman bagi saya. Saya kadang-kadang pinjam uang karena kiriman belum datang, maklum keluarga saya lagi kesusahan akibat teror keluarga bapak saya. Pada tahun 2003 saya tamat SMU dan mendaftarkan SPMB di Unhas dengan memilih FKU, Akuntansi dan Elektro. Saya dinyatakan lulus di Akuntansi, tapi Tuhan memilki rencana lain, saya jatuh sakit selama 6 bulan. Disinilah penderitaan keluarga saya bertambah, karena tidak ada uang saya dirawat di rumah dengan obat tradisional, setelah sembuh saya membantu orang tua di empang. Kemudian, saya ikut SPMB dan Alhamdulillah saya lulus di Statistika jurusan Matematika FMIPA Unhas. 5 bulan pertama saya kuliah, kami sekeluarga dilanda musibah. Empang tidak berhasil, yang jadi korban adlah adik saya, dia terpaksa tidak melanjutkan sekolahnya. Awalnya saya berencana juga berhenti kuliah, bayangkan demi menghemat uang atau kadang tidak ada uang, saya jalan kaki pergi ke kampus dari BTP sampai Unhas dan sering tidak makan siang di kampus. Di sinilah saya bertemu dengan Nurbaety Basmar yang selalu membantu saya. Saya tidak tahu sudah berapa kali saya diberi uang untuk ongkos pulang dan dibayarkan pada saat makan siang di kampus. Mendengar saya berencana berhenti kuliah, banyak teman-teman yang prihatin atas apa yang menimpa saya. Dan disinilah saya ditawarkan beasiswa oleh ketua Himatika, K’ Lukman Bahri. Dan Alhamdulillah saya dapat beasiswa BBM, dan dari sinilah saya berjanji untuk aktif di organisasi, dan akhirnya saya bisa lanjut kuliah di tahun 2006. usaha orang tua saya sudah berhasil lagi sehingga kami dapat hidup seperti dulu, tapi teror-teror yang dilakukan oleh saudara-saudara bapak tidak berhenti an sampai pada puncak kesabaran orang tua saya. Akhirnya bapak menjual empangnya tepatnya bulan Februari 2007, mengingatkna saya pada saat dibelikan motor. Pada bulan Maret 2007, bapak pindah ke Sulawesi Tengah atas ajakan sepupu saya yang tinggal di Bunta, Sulawesi Tengah. Di Sul-Teng ternyata tidak seaman yang dibayangkan oleh bapak. Baru 4 bulan tinggal, sepupu saya mau merampas semua uang bapak dengan teror-teror mereka. Ibu menangis mendengar cerita bapak dan akhirnya menyusul bapak ke Sul-Teng. Tidak cukup sebulan, bapak sakit, pada bulan Agustus saya pergi menjenguk bapak. Inilah pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Sul-Teng. Lumayan capek karena perjalanan selama 2 hari 2 malam. Sekarang saya sudah semester 8!!! Doakan saya cepat sarjana..................!!!!!!!!!!!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar